contoh pajak final dan tidak final

kromo

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki sistem perpajakan yang kompleks dan beragam. Salah satu jenis pajak yang dikenakan adalah pajak final dan tidak final. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail mengenai contoh-contoh pajak final dan tidak final, serta kelebihan dan kekurangannya.

Pajak Final

Pajak final adalah jenis pajak yang dikenakan pada penghasilan tertentu, seperti penghasilan dari bunga deposito, sewa properti, atau penjualan aset. Contoh dari pajak final adalah Pajak Penghasilan Final (PPh Final) atas penjualan properti.

PPh Final atas Penjualan Properti

PPh Final atas penjualan properti adalah pajak yang dikenakan atas keuntungan yang diperoleh dari penjualan properti. Pajak ini dikenakan sebesar 2,5% atau 5% tergantung pada masa kepemilikan properti. Contoh kasusnya adalah jika seseorang menjual rumah yang dimiliki kurang dari 5 tahun, maka pajak yang harus dibayarkan sebesar 5% dari keuntungan yang diperoleh.

#TRENDING  pajak kita untuk kita

PPh Final atas Bunga Deposito

PPh Final atas bunga deposito adalah pajak yang dikenakan atas bunga yang diperoleh dari deposito di bank. Pajak ini dikenakan sebesar 20% dari jumlah bunga yang diterima. Contoh kasusnya adalah jika seseorang mendapatkan bunga deposito sebesar 1 juta rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan sebesar 200 ribu rupiah.

Pajak Tidak Final

Pajak tidak final adalah jenis pajak yang dikenakan secara berulang pada setiap tahap transaksi atau peristiwa tertentu. Contoh dari pajak tidak final adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh).

PPN

PPN adalah pajak yang dikenakan pada setiap penjualan barang atau jasa. Pajak ini ditanggung oleh konsumen akhir dan harus dibayar oleh setiap pelaku usaha. Contoh kasusnya adalah jika seseorang membeli sebuah produk dengan harga 1 juta rupiah, maka pelaku usaha harus membayar PPN sebesar 10% atau 100 ribu rupiah.

PPh

PPh adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan individu atau badan usaha. Pajak ini dikenakan secara bertahap sesuai dengan besarnya penghasilan yang diperoleh. Contoh kasusnya adalah jika seseorang memiliki penghasilan sebesar 10 juta rupiah per bulan, maka pajak yang harus dibayarkan akan berbeda dengan seseorang yang memiliki penghasilan 50 juta rupiah per bulan.

Kelebihan dan Kekurangan Pajak Final dan Tidak Final

Kelebihan Pajak Final

1. Simpel dan jelas dalam perhitungan pajak.
2. Tidak ada kewajiban untuk menyampaikan laporan pajak secara rutin.
3. Pajak langsung ditanggung oleh pihak yang mendapatkan penghasilan.
4. Pemberlakuan tarif yang lebih rendah untuk beberapa jenis penghasilan tertentu. 👍

#TRENDING  cek pajak kendaraan lombok timur

Kekurangan Pajak Final

1. Tidak adanya kesempatan untuk mengurangi beban pajak melalui pengurangan atau pemotongan.
2. Tarif pajak yang dikenakan mungkin lebih tinggi dibandingkan pajak tidak final.
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final tidak bisa digunakan sebagai dasar perhitungan pajak lainnya.
4. Tidak ada kesempatan untuk memperoleh pengembalian pajak jika jumlah pajak final yang dibayarkan melebihi jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan. 👎

Tabel Contoh Pajak Final dan Tidak Final

Jenis Pajak Contoh Tarif Pajak
PPh Final atas Penjualan Properti Penjualan rumah 2,5% atau 5%
PPh Final atas Bunga Deposito Bunga deposito 20%
PPN Pembelian produk 10%
PPh Penghasilan individu Bertahap

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa perbedaan antara pajak final dan tidak final?

Pajak final adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan tertentu dan langsung ditanggung oleh penerima penghasilan, sedangkan pajak tidak final adalah pajak yang dikenakan secara berulang pada setiap tahap transaksi atau peristiwa tertentu.

2. Apa contoh pajak final?

Contoh pajak final adalah PPh Final atas penjualan properti dan PPh Final atas bunga deposito.

3. Apa contoh pajak tidak final?

Contoh pajak tidak final adalah PPN dan PPh.

4. Bagaimana cara menghitung pajak final?

Pajak final dihitung berdasarkan tarif yang telah ditetapkan untuk setiap jenis penghasilan tertentu.

5. Apakah penghasilan yang dikenakan pajak final bisa digunakan sebagai dasar perhitungan pajak lainnya?

Tidak, penghasilan yang dikenakan pajak final tidak bisa digunakan sebagai dasar perhitungan pajak lainnya.

#TRENDING  pajak non pkp

6. Apa kelebihan pajak final?

Kelebihan pajak final adalah perhitungan yang lebih sederhana, tidak ada kewajiban untuk menyampaikan laporan pajak secara rutin, dan tarif pajak yang lebih rendah untuk beberapa jenis penghasilan tertentu.

7. Apa kekurangan pajak final?

Kekurangan pajak final adalah tidak adanya kesempatan untuk mengurangi beban pajak, tarif pajak yang mungkin lebih tinggi, penghasilan yang tidak bisa digunakan sebagai dasar perhitungan pajak lainnya, dan tidak ada kesempatan untuk memperoleh pengembalian pajak jika melebihi jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan.

Kesimpulan

Dalam sistem perpajakan Indonesia, terdapat dua jenis pajak yang umum dikenakan, yaitu pajak final dan tidak final. Pajak final dikenakan langsung pada penghasilan tertentu, sementara pajak tidak final dikenakan secara berulang pada setiap tahap transaksi atau peristiwa tertentu. Kedua jenis pajak ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam memenuhi kewajiban perpajakan, penting bagi setiap wajib pajak untuk memahami dan mematuhi ketentuan yang berlaku. Dengan memahami contoh-contoh pajak final dan tidak final, wajib pajak dapat mengoptimalkan pelaksanaan kewajiban perpajakan mereka.

Kata Penutup

Demikianlah artikel mengenai contoh pajak final dan tidak final. Melalui artikel ini, diharapkan pembaca dapat memahami perbedaan, kelebihan, dan kekurangan dari kedua jenis pajak ini. Sebagai wajib pajak, penting bagi kita untuk menjalankan kewajiban perpajakan dengan baik demi pembangunan negara yang lebih baik. Bagi informasi lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan ahli perpajakan terpercaya.

Tags

Related Post